Hello, welcome back to the blog!
Kali ini aku akan membahas topik yang sangat relate dengan orang-orang jaman sekarang bahkan aku sendiri pun mengalaminya.
Di era digital ini kita sudah tidak asing lagi dengan sosial media. Dalam sehari kita mampu menghabiskan waktu untuk membuka sosial media baik sekedar melihat berita-berita terkini ataupun update status di sosial media. Bahkan tak sedikit yang menjadi kecanduan untuk membuka sosial media hingga tak sedikit lupa dengan dunia nyata.
Sosial media menjadi wadah untuk menerima dan menyampaikan informasi secara cepat. Selain itu, sosial media kini kebanyakan menjadi ajang untuk memamerkan pencapaian dan gaya hidup mewah yang terlihat sempurna. Terkadang tanpa disadari kita terkesan begitu walaupun tidak bermaksud seperti itu dan tujuannya hanya share moment kehidupan sehari-hari di sosial media. Tetapi sadarkah kalian apa yang kalian update di sosial media membuat orang-orang menjadi insecure? Mungkin menurut kalian apa yang kalian update di sosial media merupakan hal yang biasa saja, tetapi tidak dengan orang-orang yang nasib hidupnya kurang beruntung.
Dampaknya adalah orang-orang yang nasib hidupnya kurang beruntung ini terbiasa untuk membandingkan dirinya terkait dengan pencapaian mereka, apa yang mereka miliki, gaya hidup yang mewah mereka yang membuat orang-orang yang nasib hidupnya kurang beruntung ini menjadi tidak percaya diri. Memang tidak ada salahnya membandingkan diri sendiri dengan orang lain dengan tujuan untuk membuat kita menjadi lebih maju tetapi apabila dilakukan secara berlebihan dan terus-menerus akan meimbulkan dampak negatif yang membuat kita menjadi tidak percaya diri dan dipenuhi oleh perasaan bersalah dengan diri sendiri sehingga bisa membuat batin kita menjadi tidak sehat.
Hal tersebut lah yang membuat sosial media menjadi toxic sehingga membuat orang-orang menjadi insecure setiap saat yang berujung dengan overthinking, bahkan yang lebih parahnya lagi bisa membuat jam tidur menjadi tidak teratur dan dipenuhi rasa yang berdebar-debar secara terus menerus. Kemudian membuat kita menjadi terlalu sering membanding-bandingkan sehingga menjadi tidak bisa menhargai diri sendiri.
Sebenarnya aku sendiri sudah tahu soal sosial media toxic ini udah lama sejak sudah aktif di sosial media, awalnya yang aku baca ini mengenai sosial media toxic ini hanya sekedar bacaan semata. Tetapi belakangan, hal ini aku alami sendiri bagaimana sosial media menjadi sangat toxic, apa yang aku rasakan kurang lebih sama seperti penjelasan diatas. Aku mengalami hal ini sekitar tahun 2019 dimana aku pernah dititik insecure dan menyalahkan diri sendiri yang membuatku menjadi sedih berhari-hari karena sosial media yang toxic. Padahal sebelumnya aku merupakan seseorang yang bisa dikatakan rutin update di sosial media.
Jika kalian sudah merasa bahwa sosial media menjadi toxic, maka yang perlu kalian lakukan adalah detoks sosial media. Apa itu detoks sosial media?
Detoks sosial media adalah break sejenak dari segala aktivitas di media sosial dan mengalihkan diri dengan kegiatan lain (https://www.idntimes.com/life/inspiration/marthapuri/7-tanda-nyata-kalau-kamu-sudah-butuh-social-media-detox-c1c2/1)
Setelah mencari informasi mengenai detoks sosial media dan menerapkannya ternyata dampaknyalumayan besar pada diriku. Bagaimana cara melakukan detoks sosial media?
Disini aku akan memberitahu 3 cara yang bisa lakukan untuk detoks sosial media, yaitu:
1. Tidak menggunakan sosial media dalam jangka waktu tertentu
Hal yang paling pertama yang harus dilakukan untuk detoks sosial media adalah tidak menggunakan sosial media dalam jangka waktu tertentu. Waktunya tergantung dari kebutuhan kalian sendiri. Kalian bisa break menggunakan sosial media dalam waktu 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan bahkan ada yang memerlukan 1 tahun untuk tidak menggunakan sosial media. Untuk melakukannya kalian harus komitmen dan konsisten melakukannya. Pada awalnya memang tidak mudah karena terbiasa untuk menggunakan sosial media tetapi kalian harus punya tekat yang kuat demi batin yang sehat.
2. Uninstall aplikasi sosial media
Untuk memaksimalkan tidak menggunakan sosial media adalah dengan uninstall aplikasi sosial media. Kalian uninstall sosial media yang toxic dimata kalian. Kalau aku pribadi, sempat uninstall instagram. Kenapa instagram? karena menurutku instagram merupakan sosial media yang mempunyai kadar toxic tertinggi sehingga aku memutuskan untuk uninstall sosial media tersebut hingga waktu yang tak bisa ditentukan.
3. Melakukan kegiatan di dunia nyata
Kecanduan sosial media membuat orang-orang terlena dengan kehidupan di dunia nyata. Baik saat di rumah atau berkumpul bersama teman-teman tetap saja sibuk dengan gadget masing-masing. Bahkan bisa mengganggu produktivitas seseorang. Oleh karena itu, detoks sosial media menjadi kesempatan emas untuk kembali melakukan kegiatan di dunia nyata seperti melakukan hobi, menjalin komunikasi dengan orang-orang terdekat, melakukan hal-hal produktif serta sekedar melakukan kegiatan yang menyegarkan pikiran.
Setelah melakukan detoks sosial media secara konsisten maka dampak positif sudah mulai dirasakan bahkan aku sendiri pun merasakannya. Pengalaman aku ketika memulai detoks sosial media pada awalnya aku tidak yakin bisa melakukannya karena aku ini merupakan pengguna sosial media yang intens sejak remaja hingga dewasa. Bisa dibilang dulu, aku ini tidak bisa hidup tanpa gadget dan sosial media. Pada awalnya hal ini terasa sangat berat karena hari-hari ku selalu membuka sosial media mulai dari sekedar update hingga melihat update an orang lain. Sehingga aku harus memutar otak dan berusaha agar tidak tergoda untuk reinstall dan main sosial media lagi. Karena sudah tekat dari awal makanya aku berusaha konsisten melakukan detoks sosial media hingga aku merasa siap kembali membuka sosial media.
Untuk mengalihkan dari godaan sosial media biasanya untuk mendapatkan berita terbaru aku harus mengakses situs media online, melakukan hal-hal yang membuatku produktif (walau tidak se-wow produktifnya orang-orang pada umumnya), serta mengurangi durasi dalam menggunakan smartphone per hari.
Karena melakukan detoks sosial media secara konsisten sehingga aku sendiri sangat merasakan efek dari detoks sosial media. Inilah efek detoks sosial media yang akan rasakan setelah melakukannya secara konsisten, yaitu:
1. Untuk yang awalnya mengalami gangguan jam tidur karena karena overthinking melihat sosial media yang toxic nya parah, setelah detoks sosial media maka yang dirasakan adalah jam tidur yang kembali on track sehingga membuat tidur menjadi lebih tenang.
2. Mulai berhenti membandingkan diri sendiri dengan orang lain baik secara pencapaian, gaya hidup mewah ataupun apa yang mereka miliki. Hal ini membuat kita percaya bahwa setiap individu punya jalan hidupnya masing-masing. Lebih tepatnya mensyukuri apa yang didapatkan saat ini dan lebih bisa fokus berusaha dalam mencapai tujuan hidup.
3. Lebih bisa menjaga privasi hidup dan mengetahui bahwa tidak semua hal perlu di share ke sosial media. Bahkan kalau mau share moment ke sosial media, lebih berfikir berkali-kali apakah hal tersebut perlu atau tidak di share di sosial media dan juga apakah update-an kita ini punya dampak positif atau negatif.
4. Detoks sosial media membuat kita lebih menikmati kegiatan di dunia nyata. Lebih menikmati hidup, bahkan produktivitas, perhatian, dan kejernihan dalam berpikir meningkat begitu drastis setelah hidup tanpa media sosial selama beberapa bulan.
5. Tetapi dengan melakukan detoks sosial media aku jadi mulai dianggap ansos (anti sosial) di media sosial. Karena yang biasanya selalu menggunakan sosial media secara intens tiba-tiba saja jadi vakum. Terkadang aku juga tertinggal beberapa informasi mengenai teman-temanku but it's okay, kadang aku juga gak terlalu peduli hehe.
6. Setelah detoks sosial media beberapa bulan aku mulai memilah mana sosial media yang akan tidak membuat aku insecure yang parah. Untuk sekarang ini aku hanya mengakses email, twitter, whatsapp (kalau urgent baru diakses), youtube serta situs media online. Kalau untuk instagram sendiri aku masih belum bisa kembali 100% seperti dulu, jika mau main sekedar update dan buka dm habis itu langsung out dan setelahnya tidak pernah buka lagi selama waktu yang tidak ditentukan.
Demikianlah artikel kali ini semoga bisa membantu kalian yang sedang mengalami toxic sosial media. Tenang dalam hal ini kalian gak sendirian. Kalian akan terbiasa dengan hidup tanpa sosial media sehingga kalian akan lebih menikmati hidup dan efek negatif yang kalian rasakan kemarin akan semakin berkurang.